Selasa, 18 Juni 2013

SURGA = MATI


SURGA = MATI
Dalam sebuah pengajian seorang Kyai berkata pada para santrinya, “Yang ingin masuk surga, coba angkat jari!”. Tanpa berpikir panjang semua santri seketika mengacungkan jarinya dengan serempak. Sang Kyai tersenyum. Lalu beliau kembali berkata, “Yang ingin mati, coba angkat jari!”. Bisa ditebak, tak satu pun berani mengangkat jari. Bagai patung, semuanya terdiam. Sambil menghela napas sang Kyai lantas memandang ke wajah semua santrinya. Kemudian dengan suara lantang beliau berkata, “Surga hanya bisa kita dapatkan setelah kita mendapatkan kematian. Kalian sangat menginginkan surga. Tapi mengapa tidak satu pun dari kalian yang mau mati?”.
Siapa  sih yang tidak ingin masuk surga. Anak kecil yang belum terlalu pintar pun tetap akan menjadikan surga sebagai sebuah tempat impian. Sayangnya tempat impian itu tidak bisa diraih dengan tidur biasa. Surga hanya bisa diraih setelah kita melewati sebuah fase yang menakutkan bagi kebanyakan orang, tidur selamanya alias MATI.
Tanpa harus mellihatnya terlebih dahulu, dalam benak kita sudah tertanam bahwa surga itu indah bahkan yang terindah. Tapi sebagaimana seorang seniman yang sedang membuat karya terindahnya, dibutuhkan sebuah kesungguhan dan kerja keras untuk mewujudkannya. Sebuah karya terindah tidak akan pernah ada tanpa 2 hal itu. Karya terindah terlahir dari hati, bukan nafsu.
Surga memang indah bahkan yang terindah. Namun untuk meraihnya kita terlebih dahulu juga harus bisa menjadikan kematian sebagai hal terindah yang kita impikan. Jangan pernah mengejar kematian, karena itu adalah nafsu. Surga adalah sebuah tempat yang tidak mengenal kata nafsu. Cukup nantikan kedatangan kematian itu dengan kesiapan hati.
Hm….paling tidak akhirnya bisa dimengerti mengapa semua kekasih Allah selalu menghadapi kematian mereka dengan tersenyum bahagia. Kematian adalah hal indah yang mereka rindukan. Karena mereka paham benar kalau kematian adalah awal langkah untuk mendapatkan keindahan berikutnya, menyaksikan surga dan Sang Pemiliknya.
Hanya ada sebuah pertanyaan yang tersisa. Sudahkah kematian itu menjadi hal indah yang kita tunggu?

(Sang Pendosa)

Tidak ada komentar: