SURGA = MATI
Dalam
sebuah pengajian seorang Kyai berkata pada para santrinya, “Yang ingin masuk surga, coba angkat jari!”. Tanpa
berpikir panjang semua santri seketika mengacungkan jarinya dengan serempak.
Sang Kyai tersenyum. Lalu beliau kembali berkata, “Yang ingin mati, coba angkat
jari!”. Bisa ditebak, tak satu pun berani mengangkat jari. Bagai patung,
semuanya terdiam. Sambil menghela napas sang Kyai lantas memandang ke wajah
semua santrinya. Kemudian dengan suara lantang beliau berkata, “Surga hanya
bisa kita dapatkan setelah kita mendapatkan kematian. Kalian sangat
menginginkan surga. Tapi mengapa tidak satu pun dari kalian yang mau mati?”.
Siapa sih yang tidak ingin masuk surga. Anak kecil
yang belum terlalu pintar pun tetap akan menjadikan surga sebagai sebuah tempat
impian. Sayangnya tempat impian itu tidak bisa diraih dengan tidur biasa. Surga
hanya bisa diraih setelah kita melewati sebuah fase yang menakutkan bagi
kebanyakan orang, tidur selamanya alias MATI.
Tanpa
harus mellihatnya terlebih dahulu, dalam benak kita sudah tertanam bahwa surga
itu indah bahkan yang terindah. Tapi sebagaimana seorang seniman yang sedang
membuat karya terindahnya, dibutuhkan sebuah kesungguhan dan kerja keras untuk
mewujudkannya. Sebuah karya terindah tidak akan pernah ada tanpa 2 hal itu.
Karya terindah terlahir dari hati, bukan nafsu.
Surga
memang indah bahkan yang terindah. Namun untuk meraihnya kita terlebih dahulu
juga harus bisa menjadikan kematian sebagai hal terindah yang kita impikan.
Jangan pernah mengejar kematian, karena itu adalah nafsu. Surga adalah sebuah
tempat yang tidak mengenal kata nafsu. Cukup nantikan kedatangan kematian itu
dengan kesiapan hati.
Hm….paling
tidak akhirnya bisa dimengerti mengapa semua kekasih Allah selalu menghadapi
kematian mereka dengan tersenyum bahagia. Kematian adalah hal indah yang mereka
rindukan. Karena mereka paham benar kalau kematian adalah awal langkah untuk
mendapatkan keindahan berikutnya, menyaksikan surga dan Sang Pemiliknya.
Hanya
ada sebuah pertanyaan yang tersisa. Sudahkah kematian itu menjadi hal indah
yang kita tunggu?
(Sang Pendosa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar