JANGAN PANDANG CERMIN SEBAGAI KUTUKAN TUHAN
Kalau saya katakan
rekreasi menikmati pemandangan alam itu bermanfaat untuk hati, saya yakin
banyak orang yang akan setuju. Asal nggak lagi sama pacar, saya yakin
mengucapkan subhaanallah di depan
hamparan indahnya laut atau keagungan sebuah kawah gunung bukanlah hal yang
sulit. Kalau sama pacar sih kayaknya agak susah. Sebab seringkali pacar kita
lebih indah untuk dipandang dibanding sama pemandangan alam seindah apapun.
Tetapi apakah subhaanallah itu akan tetap dengan mudah
terucap saat kita sedang berdiri di depan cermin? Pernahkah kita berpikir
betapa luar biasanya bentuk yang sedang kita pandang di dalam cermin itu.
Lantas akankah juga kata subhaanallah itu
kemudian akan segera disusul dengan ucapan alhamdulillah.
Satu hal yang akhirnya dengan malu harus kita sadari, di saat itu ternyata
sekedar mengucapkan subhaanallah dan alhamdulillah bukanlah hal yang mudah.
Ya Allah, mengapa saya tidak secantik Agnes Monica? Mengapa saya tidak mulus
seperti Cherrybele? Dan sederet mengapa itu akan terus meluncur dari bibir kita
hingga ke hal yang amat sangat nggak penting. Mengapa cara saya berkedip tidak
seindah kedipan Dian Sastro Wardoyo?
Sangat sulit untuk
menemukan kekurangan di hamparan laut atau pun pegunungan. Kita menganggapnya
sebagai sebuah ciptaan tanpa cacat. Tapi sebegitu mudahnya kita menemukan
segunung kekurangan saat kita berdiri di depan sebuah cermin. Kita yang diklaim
sebagai makhluk paling sempurna justru dengan mudahnya nggak mengakui
kesempurnaan kita. Padahal semestinya hidung pesek, bibir dower, dan pipi tembem kita jauh lebih indah dan sempurna dibanding
laut dan gunung manapun.
Manusia adalah
makhluk paling sempurna. Jadi biarkan urusan merasa kurang itu cukup menjadi
hak bagi selain manusia. Urusan keindahan, kitalah rajanya. Jadi seharusnya
kita merasa nggak pantas untuk mengantri di depan klinik bedah wajah. Saya
sendiri nggak setampan Nicholas Saputra. Tubuh saya juga nggak sebesar Agung
Hercules. Tapi dengan bangganya saya akan selalu berkata, saya adalah makhluk
terindah dan paling mempesona di muka bumi. Yang seharusnya kita tahu, cermin
diciptakan Tuhan bukan untuk membuat kita merasa telah dikutuk oleh-Nya. Tapi
sekedar untuk membuat kita selalu mencoba mengukur, Ya Allah! Mengapa sinar
wajah saya berkurang? Hm…pasti gara-gara saya tadi Subuh nggak mau melakukan
sholat. DIJAMIN. Itu adalah salah satu fungsi terpenting mengapa harus ada kaca
cermin di dunia.
Saya kok tiba-tiba
jadi teringat ucapan ekstrim orang-orang tua jaman dahulu, “Kalau mau ngaca,
sana ke kebun binatang!”. Semoga aja kita nggak perlu sampai harus melakukan
itu. Malu-maluin. Jadi mulai hari ini ayo kita istiqomahkan berkata dengan
lantang dalam hati, “ Ya Allah! Saya tidak iri sama Agnes. Saya juga tidak iri
sama Agung Hercules. Sebab saya adalah makhluk-Mu yang paling indah. Subhaanallah karena saya sempurna. Alhamdulillah karena saya tercipta
sebagai manusia”.
(El-Fath Satria)
5 komentar:
ajibb..gue suka gaya lu
thanks. Please, Share ke yg lain ya
hihi..mas fatih kalo liat kaca pasti ngerasa itu kutukan Tuhan ya??wkwkwkwkwkwk
Justru tiap lihat kaca, sy slalu bilang : kira2 ada g y makhluk Tuhan yg lebih keren dari ini?
Posting Komentar