Sabtu, 22 Juni 2013

BIRO PERSEWAAN KAROMAH WALI ALLAH



BIRO PERSEWAAN KAROMAH WALI ALLAH
“ Hari ini kita akan ngaji ke Sunan Bonang”, ujar seorang guru spiritual dengan meyakinkan. Lalu sang guru dengan khusyu’ bermeditasi. Perhatian semua murid tertuju pada mulutnya yang sedang berkomat-kamit merapal mantra. Suasana hening. Semua wajah tampak tegang dan….wus!! Tiba-tiba saja tubuh murid yang berada di depan sang guru gemetar. Untuk sesaat murid tersebut seperti kehilangan kesadaran. Namun sesaat kemudian dia sudah duduk dengan penuh wibawa. Bibirnya tersenyum, lalu mengucapkan “Assalamu’alaikum”. Semua yang hadir serempak menjawab salam itu, kemudian berebut mencium tangan si murid yang tampak kerasukan makhluk asing.
Kejadian seperti ini bisa ditemui dengan mudahnya di beberapa daerah di Jawa Timur. Pengajian dengan mendatangkan roh para Wali Songo seakan menjadi magnet yang tak terhindarkan untuk didatangi. Siapa juga sih yang tidak ingin mengaji langsung pada para pendahulu penyebar Islam di tanah Jawa. Tapi benarkah roh yang merasuk itu memang roh para Wali Songo?
Memprihatinkan. Pada saat saya masih ngaji di kampung dulu; saat itu saya masih siswa sekolah dasar; guru saya dengan jelas mengatakan bahwa semua roh orang yang meninggal itu kembali ke Allah (Surat al-Fajr : 28). Semua teman ngaji saya pun mengetahui itu. Tapi mengapa sedemikian mudahnya beberapa dari mereka terpeleset ke dalam sesatnya ritual pemanggilan roh yang sebenarnya tak lebih dari sebuah praktek perdukunan?
Memang ada ayat alQur’an yang menyatakan bahwa para kekasih Allah itu tidak benar-benar meninggal dunia (Surat al-Baqoroh : 154). Sah-sah saja kalau kemudian ada yang menafsirkan bahwa roh beliau-beliau itu masih bisa berinteraksi dengan manusia yang masih hidup. Tapi itu bukan berarti kalau roh para wali Allah bisa didatangkan seenaknya dan kapan saja kita mau. Allah tentu saja tidak akan tinggal diam melihat roh suci para kekasih-Nya ditarik-tarik oleh orang-orang seperti menarik benang layang-layang.
Satu konsep yang saya yakin disetujui oleh seluruh umat Islam di dunia, kematian merupakan batas akhir hak seorang hamba untuk ikut campur dalam masalah duniawi. Jadi kalau kemudian roh yang didatangkan itu bisa ditanya-tanya masalah pekerjaan apa yang cocok buat kita, calon istri kita cocok apa tidak, atau yang semacamnya (seperti yang banyak terjadi); bukankah itu aneh. Sekalian saja buat pengumuman, “Perhatian! Sekarang para Wali Songo sudah bersedia mengingkari kodratnya”. Urusan setelah itu Allah murka atau tidak, di luar pertanggungjawaban para Ulama (dan saya).
Yang lebih memprihatinkan, seringkali sang guru mempraktekkan pengisian “energi” ke murid-muridnya. Dengan entengnya dia berkata kalau itu adalah karomah Sunan Fulan yang dia pinjam. Padahal adakah pemilik mobil yang mau meminjamkan mobilnya pada orang yang belum tentu bisa mengendarai mobil? Kalau pun ada sudah barang tentu akal sehat si pemilik mobil itu perlu diragukan. Itu artinya tidak mungkin seorang Wali Allah akan dengan mudahnya meminjamkan karomah yang dimilikinya pada orang-orang yang tidak jelas kredibilitasnya.
Berita buruknya lagi, karomah para Wali Allah itu bukan sesuatu yang bisa dipinjamkan. Karomah adalah sebuah anugrah privacy bagi para Wali Allah. Jangankan kita. Sunan Bonang sekalipun tidak akan bisa meminjam karomah Sunan Ampel, walau dengan cara barter sekalipun. Sama halnya dengan tidak mungkinnya Nabi Nuh meminjam tongkat Nabi Musa untuk membelah lautan pada saat dulu sedang ditelan oleh ikan hiu. Jadi mengapa sekarang malah muncul biro persewaan karomah Wali Allah?
Banyak cara untuk mengenang dan memuliakan para Wali Allah. Kita bisa berziarah ke makam mereka. Syukur-syukur kalau mau meneruskan perjuangan dakwah mereka. Tapi jangan malah mengotori kemuliaan mereka dengan dalih mengaji langsung pada sumbernya yang sebenarnya tidak lebih dari sebuah praktek perdukunan yang jelas diharamkan oleh agama. Jauh lebih bijaksana kalau kita menggali pemahaman ilmu agama lewat para ulama yang masih hidup. Saya jamin, sampai mati pun kita tidak akan pernah bisa mencapai kata tamat dalam majlis-majlis ta’lim yang masih ada di muka bumi.
Secara ekstrim saya berani menyatakan : Melakukan ma’siyat itu memang salah. Tapi saya jauh lebih suka melihat saudara saya sesama muslim melakukan ma’siyat dibandingkan melakukan kesyirikan pemanggilan roh. Sebab hamba yang mati dalam keadaan berma’siyat masih memiliki harapan untuk diampuni oleh Allah. Tetapi hamba yang mati dalam keadaan syirik, dijamin akan menempati neraka selamanya”.

(El-Fath Satria)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

karomah tu apa sih?

Unknown mengatakan...

Mu'jizat : kemampuan luar biasa yg diberikan oleh Allah pd para Nabi untuk mngalahkan kmampuan umatnya. Nah para wali Allah jg punya yg kyk gitu, tp namax KAROMAH, bukan mu'jizat coz mu'jizat hanya untuk para Nabi