SUDAH TEPATKAH CALON PENDAMPING HIDUPKU?
Buat yang masih sekolah, ini jelas pertanyaan yang nggak
penting dan semoga aja nggak jadi penting. Tapi buat yang udah usia matang dan
ngebet pengen married, so pasti
penting. Pacar udah punya, mertua juga udah wellcome,
kurang apa lagi? Di saat gini nih biasanya terlintas di hati sebuah pertanyaan,
“Sudah tepatkah calon pendamping hidupku?”.
Cakep jelas, pintar nggak diragukan, ekonomi udah mapan,
pengertian……kan udah lengkap tuh. Ada juga yang cakepnya standart, body nggak
lulus catwalk, kulit kelebihan warna,
rambut keriting 1001 malam…..tapi saya cinta banget kok sama dia. Mantap?
Enggak. Nyatanya pertanyaan tadi tetap terus terlintas bikin para calon
pengantin susah tidur.
Pernikahan emang hal sakral yang dicintai Allah dan
Rasul-Nya. Pernikahan adalah jenjang seorang hamba menuju level yang lebih
tinggi di mata Tuhannya. Itu sebabnya selalu banyak masalah bermunculan
menjelang sebuah pernikahan. Wajar banget. Bukan level tinggi namanya kalau
cobaannya rendahan. Tapi….. Sudah tepatkah calon pendamping hidupku?
Pertanyaan itu lantas saya utarakan pada Almarhum KH. Imron
Hamzah (Katib NU Pusat). Saya pikir jawaban beliau bakalan panjang ala kitab
salaf. Tetapi ternyata dugaan saya salah. Menurut beliau, calon suami atau
istri itu dipandang tepat kalau udah memenuhi 3 kriteria. Jawaban yang simpel
banget, tapi menurut saya sangat mengena.
1.
|
Harus Orang.
Saya
pikir beliau ingin menggoda saya. Tetapi ternyata maksudnya begini. Calon
pendamping hidup kita itu harus bisa meng-ORANG-kan pasangannya dan semua
orang yang berarti bagi pasangannya. Itu artinya mesti bisa meng-ORANG-kan
suami/istri, orang tua, mertua, saudara-saudaranya dan itu tadi, orang-orang
yang berarti bagi pasangannya. Bisa teman, murid, atau yang lain. Sebab
manakala kita nggak bisa meng-ORANG-kan (menghargai) orang yang dicintai oleh
pasangan kita, itu artinya kita sedang menjatuhkan martabat pasangan kita
sendiri.
|
2.
|
Harus Hidup.
Jangan
menikah sama orang mati. He..he…bukan gitu maksudnya. Kata KH. Imron,
suami/istri yang tepat itu mesti bisa meng-HIDUP-kan semangat pasangan
hidupnya. Baik dalam beribadah, bekerja, atau pun dalam aktifitas positifnya
sebagai seorang makhluk sosial. Jadi kalau setelah nikah kok semangat
positifnya malah turun, hm….butuh introspeksi tuh.
|
3.
|
Lihat Kakinya.
Kalau
kakinya nggak menapak tanah, cepat batalin pernikahan kamu. Emang siapa juga
yang mau menikah sama setan?? Lagi-lagi saya salah paham. Maksudnya,
suami/istri yang tepat itu adalah orang yang selalu menapak ke tanah alias
nggak sombong. Udah gitu, dia juga harus bisa bikin pasangan hidupnya selalu
bersikap rendah hati. Misal ekonominya masih susah; berhubung menapak tanah;
akhirnya mau melihat ke bawah dan mau bersyukur. Misal ekonominya makmur, ya
tetap nggak lupa sama yang di bawah. Toh semua manusia mengawali hidupnya
emang beneran dari bawah secara total (tengkurap). Lalu mulai merangkak dan
akhirnya berdiri. Tapi nggak boleh lantas belajar terbang, karena itu bukan
hak manusia. Cukup menapak tanah dan kita akan selalu selamat.
|
Tiga kriteria sederhana yang akhirnya saya sadari merupakan
kesimpulan dari seluruh materi pernikahan yang dulu saya pelajari di pesantren.
Ah…saya jadi kangen sama Almarhum. Semoga 3 wejangan luar biasa ini akan
membawa Almarhum KH. Imron Hamzah meraih 3 hal penting di alam akhirat :
Ampunan Allah, Ridlo Allah, dan tentu saja surga-Nya. Aamiin Ya Mujiibas Saa’iliin.
(El-Fath Satria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar