Selasa, 18 Juni 2013

BELAJAR DARI PARA ANAK BUAH SETAN



BELAJAR DARI PARA ANAK BUAH SETAN
Penyakit gila saya nggak lagi kambuh saat saya menulis judul artikel ini, karena Alhamdulillah saya emang nggak pernah gila sebelumnya. Jadi gimana bisa kambuh. Saya menulis judul tersebut dalam kondisi sadar sepenuhnya. Paling tidak ini jadi satu bukti bahwa pelajaran dan pencerahan itu bisa kita ambil dari mana aja, kapan aja dan dari siapa aja.
Ide artikel ini berawal saat saya ketawa ngakak pas ngedengerin anak-anak kecil di kampung saya sedang bergurau. Kebetulan rumah saya berada dekat sama lokasi favorit bermain anak-anak. Mereka lagi bergurau masalah kelebihan anak buah setan. Entah dari mana mereka dapat materinya, yang jelas dua orang di antara mereka dengan tanpa beban mengatakan bahwa kita perlu belajar (meniru) para anak buah setan. Tentu aja redaksinya perlu saya benahin, sebab cara penyampaian mereka agak amburadul. Intinya begini :
1.
Kita harus belajar dari tuyul, sebab walau masih kecil dia udah mandiri, bisa nyari uang sendiri. Saya koreksi dikit deh. Cara nyari uangnya emang nggak bisa kita tiru, sebab dia kan maling. Tapi soal etos kerja dan kemandiriannya itu lho yang keren. Di saat banyak orang tua mendidik anak dengan cara memenuhi semua kebutuhannya tanpa usaha, orang tuanya tuyul malah ngajarin anaknya berdikari. Selama nggak berlebihan kan boleh aja, nggak bisa dimasukin kasus eksploitasi anak.

2.
Belajarlah dari pocong, hidup sederhana dengan pakaian ala kadarnya. Berhubung saya bukan dukun, jadinya saya nggak bisa mastiin pocong itu ada yang kaya apa enggak. Yang pasti pakaian mereka tetap sederhana sepanjang jaman. Mau ada trend baru, mereka nggak terpengaruh sedikit pun. Alasannya simpel, mereka merasa bahwa kostum putih dengan ikatan di atas dan bawah itu yang paling cocok sama mereka. Nggak kayak sebagian dari kita yang sering memaksakan mengikuti trend baru walaupun nyata-nyata nggak matching dan bikin kita tambah jelek.

3.
Belajar dari kuntilanak, senang atau susah mereka kan tetap aja Hi…hii..hi……alias ketawa. Bawaannya happyyyyyy terus. Saya aja kalah tuh. Sebagai orang beriman harusnya saya selalu bisa bersyukur. Punya uang, tersenyum. Belum punya uang, ya tetap tersenyum. Nyatanya saya belum bisa. Yang pasti belum pernah ada berita tentang kuntilanak yang nemuin psikiater buat curhat stress kan. Belum pernah ada juga yang masuk Rumah Sakit Jiwa. Sebab kuntilanak suka ketawa bukan karena gila, tapi karena emang style-nya kayak gitu.

Hm…..sekarang tinggal kitanya aja yang mesti berani bertanya pada diri kita sendiri. Masak sih kita mau kalah sama anak buahnya setan. Kalau nggak mau, berarti mulai sekarang kita harus selalu mandiri, punya etos kerja tinggi, hidup nggak berlebihan walau kaya, dan…….selalu gembira. Hidup cuma sekali, jadi buatlah hidup kita berarti. Rugi banget kalau sejarah hidup kita yang cuma singkat ini dihabisin dengan berkeluh kesah menyalahkan keadaan. Oke, Bro? Good Luck.

(El-Fath Satria)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

asal nggak bljr ke Jaelangkung. NGGAK SOPAN. Datang g diundang, plng y jd g diantar deh