ORANG BERAGAMA NGGAK BOLEH NORAK
Satu ketika saya diajak sama guru saya sowan ke rumah seorang Kyai di Sidoarjo.
Kebetulan sang Kyai ini lagi ngetrend dengan kapasitas ke-tauhidan-nya. So saya
merasa udah selayaknya buat datang ke sana. Hitung-hitung nambah ilmu. Kalau
cocok, nggak ada salahnya juga sekalian ikut ngaji di sana.
Sampai di sana….wuih! beneran ramai, Bro. Para tamu pada
berjubel sekedar buat ikut ngedengerin petuah sang Kyai. Swear! Cara beliau
ngejelasin emang yahud. Enak didengar and
mudah dipaham. Yang pasti, materi bicaranya pun eksklusif alias belum
pernah saya dengar di pesantren.
Lagi asyik-asyiknya ngedengerin, eh tiba-tiba guru saya
bertanya, “Pak Kyai! Siapa nama presiden Amerika sekarang ini?”(Barrack Obama).
Pertanyaan yang nggak nyambung banget kan. Lucunya nih sang Kyai nggak bisa
jawab. Tokoh internasional yang terkenal banget sama “nasi goreng-nya” nggak
tahu? Kebangetan tuh. Tapi saya ke sini kan bukan buat belajar info begituan.
So nggak jadi masalah. Toh emang nggak ada manusia yang sempurna.
Adegan berikutnya nih yang beneran di luar dugaan. Tanpa kompromi
guru saya langsung aja ngajakin saya pulang. Bisik guru saya, “Kyai model gini
nih yang bakal bikin umat Islam tersesat”. Nah lho, apa hubungannya?
Beberapa minggu pertanyaan itu terus saya pikirkan. Hingga
akhirnya saya menemukan sebuah jawaban. Tauhid adalah sebuah pemahaman batiniah
yang rawan dengan sederet imajinasi yang mungkin muncul di saat kita sedang
“tenggelam” (suluk) dalam pemujaan ke Allah. Sangat diperlukan
otak yang logis untuk menghadapi hal itu. Satu-satunya cara untuk membentuk pemikiran
logis adalah dengan cara memperluas wawasan. Nggak hanya dalam urusan agama.
Tapi juga dalam materi yang lain. Sebagaimana yang dilakukan oleh para Imam
madzhab ataupun ulama salaf yang selalu up
to date dengan info terkini.
Seberapa pentingkah itu? Penting banget. Coba hitung berapa
orang Islam yang takjub saat mengetahui gurunya nggak melakukan ibadah Jum’at
di masjid. Sang guru berkata kalau dia barusan sholat di Makkah. Padahal otak
yang logis akan segera tahu kalau itu jelas nggak masuk akal. Waktu di Saudi
Arabia dan Indonesia terpaut + 4 jam. Itu artinya saat di Indonesia
sudah waktunya Dzuhur, di Saudi baru jam 8 alias belum Dzuhur. Sholat Jum’at
wajib dilakukan secara berjamaah. Kalau gitu sang guru tadi berjamaah sama
siapa di Makkah?
Bukan hanya dalam ketauhidan luasnya wawasan itu penting
adanya. Coba aja hitung berapa muballigh kita
yang mengatakan bahwa babi itu haram karena mengandung cacing pita. Padahal
menurut ilmu biologi, dalam tubuh semua hewan bahkan manusia terdapat cacing
pita. Beberapa bahkan dalam jumlah yang lebih banyak. Anehnya lagi, cacing pita
adalah jenis cacing yang dipastikan mati dalam suhu 60° Celcius. Nggak perlu
harus 100° Celcius. So????
Yang paling harus kita ingat, Nabi kita tercinta dibekali
oleh Allah nggak hanya dengan materi agama. Dalam sejarah beliau dikenal
menguasai banyak materi lain yang membuat beliau mampu membimbing umat dengan
luar biasa. So kenapa kita sekarang malah mengkotak-kotakkan materi
pengetahuan.
Terima kasih untuk semua guru yang masih tetap dengan gigih
mengajarkan materi umum di sekolah-sekolah. Keberadaan Anda sekalian sangat
berarti untuk menyelamatkan agama Islam dari pemahaman norak yang jelas nggak
bisa dipertanggungjawabkan. Hm….saya jatuh cinta sama semua ulama yang up to date.
(El-Fath
Satria)
3 komentar:
mantap mas brow lbh banyak lg dong
thank's bwt para musisi di Laqmous
thank's bwt para musisi di Laqmous
Posting Komentar