Kamis, 13 Juni 2013

ORANG BERAGAMA NGGAK BOLEH NORAK



ORANG BERAGAMA NGGAK BOLEH NORAK
Satu ketika saya diajak sama guru saya sowan ke rumah seorang Kyai di Sidoarjo. Kebetulan sang Kyai ini lagi ngetrend dengan kapasitas ke-tauhidan-nya. So saya merasa udah selayaknya buat datang ke sana. Hitung-hitung nambah ilmu. Kalau cocok, nggak ada salahnya juga sekalian ikut ngaji di sana.
Sampai di sana….wuih! beneran ramai, Bro. Para tamu pada berjubel sekedar buat ikut ngedengerin petuah sang Kyai. Swear! Cara beliau ngejelasin emang yahud. Enak didengar and mudah dipaham. Yang pasti, materi bicaranya pun eksklusif alias belum pernah saya dengar di pesantren.
Lagi asyik-asyiknya ngedengerin, eh tiba-tiba guru saya bertanya, “Pak Kyai! Siapa nama presiden Amerika sekarang ini?”(Barrack Obama). Pertanyaan yang nggak nyambung banget kan. Lucunya nih sang Kyai nggak bisa jawab. Tokoh internasional yang terkenal banget sama “nasi goreng-nya” nggak tahu? Kebangetan tuh. Tapi saya ke sini kan bukan buat belajar info begituan. So nggak jadi masalah. Toh emang nggak ada manusia yang sempurna.
Adegan berikutnya nih yang beneran di luar dugaan. Tanpa kompromi guru saya langsung aja ngajakin saya pulang. Bisik guru saya, “Kyai model gini nih yang bakal bikin umat Islam tersesat”. Nah lho, apa hubungannya?
Beberapa minggu pertanyaan itu terus saya pikirkan. Hingga akhirnya saya menemukan sebuah jawaban. Tauhid adalah sebuah pemahaman batiniah yang rawan dengan sederet imajinasi yang mungkin muncul di saat kita sedang “tenggelam” (suluk)  dalam pemujaan ke Allah. Sangat diperlukan otak yang logis untuk menghadapi hal itu. Satu-satunya cara untuk membentuk pemikiran logis adalah dengan cara memperluas wawasan. Nggak hanya dalam urusan agama. Tapi juga dalam materi yang lain. Sebagaimana yang dilakukan oleh para Imam madzhab ataupun ulama salaf yang selalu up to date dengan info terkini.
Seberapa pentingkah itu? Penting banget. Coba hitung berapa orang Islam yang takjub saat mengetahui gurunya nggak melakukan ibadah Jum’at di masjid. Sang guru berkata kalau dia barusan sholat di Makkah. Padahal otak yang logis akan segera tahu kalau itu jelas nggak masuk akal. Waktu di Saudi Arabia dan Indonesia terpaut + 4 jam. Itu artinya saat di Indonesia sudah waktunya Dzuhur, di Saudi baru jam 8 alias belum Dzuhur. Sholat Jum’at wajib dilakukan secara berjamaah. Kalau gitu sang guru tadi berjamaah sama siapa di Makkah?
Bukan hanya dalam ketauhidan luasnya wawasan itu penting adanya. Coba aja hitung berapa muballigh kita yang mengatakan bahwa babi itu haram karena mengandung cacing pita. Padahal menurut ilmu biologi, dalam tubuh semua hewan bahkan manusia terdapat cacing pita. Beberapa bahkan dalam jumlah yang lebih banyak. Anehnya lagi, cacing pita adalah jenis cacing yang dipastikan mati dalam suhu 60° Celcius. Nggak perlu harus 100° Celcius. So????
Yang paling harus kita ingat, Nabi kita tercinta dibekali oleh Allah nggak hanya dengan materi agama. Dalam sejarah beliau dikenal menguasai banyak materi lain yang membuat beliau mampu membimbing umat dengan luar biasa. So kenapa kita sekarang malah mengkotak-kotakkan materi pengetahuan.
Terima kasih untuk semua guru yang masih tetap dengan gigih mengajarkan materi umum di sekolah-sekolah. Keberadaan Anda sekalian sangat berarti untuk menyelamatkan agama Islam dari pemahaman norak yang jelas nggak bisa dipertanggungjawabkan. Hm….saya jatuh cinta sama semua ulama yang up to date.
(El-Fath Satria)

3 komentar:

Laqmous Musikindo mengatakan...

mantap mas brow lbh banyak lg dong

Unknown mengatakan...

thank's bwt para musisi di Laqmous

Unknown mengatakan...

thank's bwt para musisi di Laqmous