CARA JADI PINTAR ALA ISLAM (YANG BENAR)
Jadi pintar? Sapa aja pasti mau. Tapi gimana caranya? Berguru
and belajar. Hh…kalau itu sih anak kecil juga udah tahu. Yang belum tentu semua
orang tahu tuh berikut ini :
1. Ilmunya Nggak Hutang
Pengen urusan lancar? Bayar
cash dong. Jangan hutang. So buat siapa aja yang emang beneran pengen pintar,
jangan sampe terlambat bayar SPP. Bahkan kalau bisa, bayar SPP-nya di depan. Biasakan
bayar
SPP di awal bulan. Paling nggak cara ini bisa bikin ilmu yang kita
peroleh statusnya Mutlak Lunas.
Terus gimana donk dengan teman-teman yang biasanya
terlambat bayar? Friends, ilmu yang bayarnya udah lunas aja sering masih susah
kok masuknya. Gimana dengan yang masih hutang. Kalau hak guru (SPP) aja kita
nggak mau ngasih, jangan harap hak ilmu kamu bakalan dipermudah sama Allah.
2. Jangan Suka Sama Gratisan
Pada dasarnya, nggak
ada sesuatupun di dunia ini yang bisa kita nikmati secara gratis. Demikian juga
halnya dengan ilmu. Khalifah Ali bin Abi Tholib bahkan berkata, “Ana ‘Abdu Man ‘Allamanii
Wa Lau Harfan”, aku
adalah hamba/budak dari orang yang
mengajariku walaupun cuma satu huruf. Konsep inilah yang kemudian mendasari
adanya keharusan pengabdian ketika kita menuntut ilmu. Bayar pakai uang aja
nggak cukup. Harus ditambah sama pengabdian. Mengabdi sama orang yang
menularkan ilmunya pada kita, atau dalam bahasa religi disebut dengan meraih
barokah ilmu.
So Friends, mulailah punya inisiatif buat ngebantuin
sekolah/lembaga tempat kalian belajar. Itu cuman secara umum. Secara khususnya,
harus selalu berinisiatif buat ngebantuin para guru. Sampai kapan? SEUMUR
HIDUP. Sebab kewajiban menuntut ilmu itu sampai mati. So kalau kita mengabdinya
seumur hidup, insya Allah ilmu dari para guru akan terus mengalir pada kita bahkan
di saat kita udah nggak lagi resmi berguru pada mereka. Kesimpulannya, jangan
justru tenang kalau berhadapan sama guru yang nggak mau pasang tarip.
3. Merenung Sebelum Tidur
Ada tuntunan dalam
agama agar kita membiasakan diri merenungi apa aja yang udah kita perbuat mulai
bangun tidur Subuh sampai mau tidur lagi di malam hari. Intinya intropeksi
diri. Hal ini nggak cuma punya efek bagus dalam kapasitas ibadah lho. Kebiasaan
mengingat perbuatan yang udah berlalu, secara psikologis berefek positif
meningkatkan atau minimal menjaga kemampuan memori kita.
Pengen yang lebih yahud? Tiru cara Imam Syafi’i sang jenius madzhab. Tiap menjelang tidur, beliau memiliki
kebiasaan memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa beliau jawab. Secara
psikologis, kebiasaan tersebut secara signifikan berdampak pada tetap
bekerjanya otak kita walau kita dalam keadaan tidur. So otak kita pun bakalan
selalu ready walau dalam posisi baru bangun tidur. Hm….;gampang, nggak pakai
biaya; tapi dijamin lebih efisien dibanding obat peningkat konsentrasi merk
apapun.
4. Disiplin Dengan Ibadah Kecil
Masuk masjid dahulukan kaki kanan, masuk WC dahulukan
kaki kiri, baca basmalah sebelum makan/minum dan semacamnya itu enteng banget. Tapi
sayang banyak banget orang Islam yang nggak mau istiqomah mengamalkan
ibadah-ibadah ringan tersebut. Padahal keuntungan yang bisa diperoleh besar
banget lho. Disiplin mengamalkan hal-hal tersebut hingga seakan menyatu menjadi
bentuk aktifitas yang nggak terpisahkan dengan diri kita alias spontanitas,
mempengaruhi otak kita untuk mampu mencetuskan jawaban yang ada di otak kita
secara spontan juga. Sering banget kan kalian bingung menjawab sebuah
pertanyaan, padahal sebenarnya kita udah pernah mempelajarinya? Nah item ke 4
ini bisa jadi solusi efektifnya.
5. Bersyukur dan Berdoa
Kalau yang terakhir ini emang nggak bisa dibantah. Jangan
pernah lupa bersyukur saat kita meraih sebuah pemahaman ilmu. Kalau udah,
lanjutin sama istiqomah berdoa memohon ilmu pada Sang Penguasa Ilmu (Allah). Berdoa
dengan sebuah keyakinan kalau yang memiliki ilmu itu hanya Allah. Kita cuma dapat
titipan ilmu. So kalau udah diakuin pintar, nggak boleh sombong. Sebab sombong itu kufur nikmat, dan kufur nikmat itu
balasannya cuma 1 : Siksa Yang Pedih.
Friends, ;demi bumi yang lebih layak dihuni dan demi makin
diakuinya kualitas umat Islam di muka bumi; mari kita muliakan para guru kita. Tapi
nggak usah lebay. Yang proporsional aja. Mm….sebelum saya menutup artikel ini,
tolong renungkan “Menghormati yang benar adalah menghormati dengan cara yang
disukai oleh orang yang kita hormati, bukan sesuai apa yang kita inginkan”.
Semoga artikel ini bermanfaat. Wallahu A’lam bish Showab.
(El-Fath
Satria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar