ABADI DI NERAKA KARENA “DOSA-DOSA KECIL”
Sebenarnya saya nggak setuju tuh sama klasifikasi dosa. Ada dosa
kecil, ada dosa besar. Padahal yang namanya dosa, ya sama aja. Mau besar, mau
kecil, tetap mengerikan. Tapi karena istilah itu terlanjur umum di masyarakat,
ya udah deh saya “maksa” setuju. Tapi pernah
nggak kalian berpikir bahwa dosa-dosa kecil itu bisa bikin kita masuk neraka
selamanya alias forever?
Ketika kita melakukan sebuah dosa besar (mabuk, zina,
berani sama ortu dll.), saya yakin banget kalau di hati kita pasti ada perasaan
bersalah. Itu artinya kita secara sirri dengan
gentle masih mau mengakui kalau itu
adalah sebuah kesalahan. So dosa besar kita itu statusnya masih ma’siyat dan kita menyadarinya. Dengan kata lain kita masih
mungkin untuk bertobat karenanya. Bahkan tanpa tobat pun suatu saat Allah akan
tetap mengampuni kita. Tentunya setelah mencuci kita dulu di neraka. Tetapi apakah
kita juga merasa bersalah ketika sedang melakukan dosa kecil?
Mari intropeksi diri. Apakah kita merasa bersalah
ketika memakai sandal orang lain tanpa ijin di masjid? Padahal secara feqih itu
jelas haram karena masuk kategori ghoshob.
Apakah kita merasa bersalah ketika parkir sepeda motor di depan pintu pagar
rumah orang lain? Padahal itu jelas haram karena termasuk tahjir. Apakah kita merasa bersalah ketika membuang cuilan kuku
kita di dalam masjid? Padahal itu jelas tergolong dzolim. Artinya secara tidak kita sadari, kita melakukan keharaman
tapi hati kita justru menganggapnya halal.
Berita buruk !! Menurut konsep tauhid madzhab apapun,
salah satu penyebab murtad adalah “ahalla muharroman auw
harroma muhallalan”, menghalalkan sesuatu yang haram atau
mengharamkan yang halal. Ini masalah serius, Friends. Kita bisa aja jadi murtad
hanya karena ghoshob, tahjir, dan dzolim kecil. Itu terjadi karena kita
nggak merasa itu salah. Kita nggak mau sportif mengakui kalau itu mutlak haram.
Padahal murtad obatnya cuma 1 : kembali ber-syahadat. Kalau nggak mau, berarti
semua amaliyah kita nggak bakal ada artinya. Sebab status amal orang murtad
nggak ada bedanya sama status ibadah orang kafir di mata Allah, NGGAK DIANGGAP.
Hm…..sekarang jadi makin jelas hikmah di balik syariat
kewajiban ber-syahadat 9 kali dalam sehari yang ditentukan oleh Allah lewat
sholat fardlu. Kita sangat mungkin melakukan ke-murtad-an entah berapa kali
dalam sehari. Bukan karena kita ingin, tapi karena kita nggak sportif terhadap
hukum Allah. Swear! Saya sering banget menemui orang yang bertobat setelah zina
dan minum minuman keras. Tapi saya kok belum pernah ketemu dengan orang yang
beristighfar setelah melakukan ghoshob.
Akhirnya dengan berat hati saya harus berani bilang,
dosa-dosa kecil emang beneran sangat mungkin bikin kita jadi penghuni abadi di
neraka. Sebab neraka memang nggak akan pernah berhenti beraktifitas untuk
orang-orang kafir, musyrik, dan MURTAD. Na’uudzu
billaahi min dzaalik.
(El-Fath Satria)