Kamis, 31 Oktober 2013

ABADI DI NERAKA KARENA “DOSA-DOSA KECIL”



ABADI DI NERAKA KARENA “DOSA-DOSA KECIL”
Sebenarnya saya nggak setuju tuh sama klasifikasi dosa. Ada dosa kecil, ada dosa besar. Padahal yang namanya dosa, ya sama aja. Mau besar, mau kecil, tetap mengerikan. Tapi karena istilah itu terlanjur umum di masyarakat, ya udah deh saya “maksa” setuju. Tapi pernah nggak kalian berpikir bahwa dosa-dosa kecil itu bisa bikin kita masuk neraka selamanya alias forever?
Ketika kita melakukan sebuah dosa besar (mabuk, zina, berani sama ortu dll.), saya yakin banget kalau di hati kita pasti ada perasaan bersalah. Itu artinya kita secara sirri dengan gentle masih mau mengakui kalau itu adalah sebuah kesalahan. So dosa besar kita itu statusnya masih ma’siyat dan kita menyadarinya. Dengan kata lain kita masih mungkin untuk bertobat karenanya. Bahkan tanpa tobat pun suatu saat Allah akan tetap mengampuni kita. Tentunya setelah mencuci kita dulu di neraka. Tetapi apakah kita juga merasa bersalah ketika sedang melakukan dosa kecil?
Mari intropeksi diri. Apakah kita merasa bersalah ketika memakai sandal orang lain tanpa ijin di masjid? Padahal secara feqih itu jelas haram karena masuk kategori ghoshob. Apakah kita merasa bersalah ketika parkir sepeda motor di depan pintu pagar rumah orang lain? Padahal itu jelas haram karena termasuk tahjir. Apakah kita merasa bersalah ketika membuang cuilan kuku kita di dalam masjid? Padahal itu jelas tergolong dzolim. Artinya secara tidak kita sadari, kita melakukan keharaman tapi hati kita justru menganggapnya halal.
Berita buruk !! Menurut konsep tauhid madzhab apapun, salah satu penyebab murtad adalah ahalla muharroman auw harroma muhallalan”, menghalalkan sesuatu yang haram atau mengharamkan yang halal. Ini masalah serius, Friends. Kita bisa aja jadi murtad hanya karena ghoshob, tahjir, dan dzolim kecil. Itu terjadi karena kita nggak merasa itu salah. Kita nggak mau sportif mengakui kalau itu mutlak haram. Padahal murtad obatnya cuma 1 : kembali ber-syahadat. Kalau nggak mau, berarti semua amaliyah kita nggak bakal ada artinya. Sebab status amal orang murtad nggak ada bedanya sama status ibadah orang kafir di mata Allah, NGGAK DIANGGAP.
Hm…..sekarang jadi makin jelas hikmah di balik syariat kewajiban ber-syahadat 9 kali dalam sehari yang ditentukan oleh Allah lewat sholat fardlu. Kita sangat mungkin melakukan ke-murtad-an entah berapa kali dalam sehari. Bukan karena kita ingin, tapi karena kita nggak sportif terhadap hukum Allah. Swear! Saya sering banget menemui orang yang bertobat setelah zina dan minum minuman keras. Tapi saya kok belum pernah ketemu dengan orang yang beristighfar setelah melakukan ghoshob.
Akhirnya dengan berat hati saya harus berani bilang, dosa-dosa kecil emang beneran sangat mungkin bikin kita jadi penghuni abadi di neraka. Sebab neraka memang nggak akan pernah berhenti beraktifitas untuk orang-orang kafir, musyrik, dan MURTAD. Na’uudzu billaahi min dzaalik.
(El-Fath Satria)

Minggu, 27 Oktober 2013

CARA JADI PINTAR ALA ISLAM (YANG BENAR)



CARA JADI PINTAR ALA ISLAM (YANG BENAR)
Jadi pintar? Sapa aja pasti mau. Tapi gimana caranya? Berguru and belajar. Hh…kalau itu sih anak kecil juga udah tahu. Yang belum tentu semua orang tahu tuh berikut ini :
1. Ilmunya Nggak Hutang
Pengen urusan lancar? Bayar cash dong. Jangan hutang. So buat siapa aja yang emang beneran pengen pintar, jangan sampe terlambat bayar SPP. Bahkan kalau bisa, bayar SPP-nya di depan. Biasakan bayar
SPP di awal bulan. Paling nggak cara ini bisa bikin ilmu yang kita peroleh statusnya Mutlak Lunas.
Terus gimana donk dengan teman-teman yang biasanya terlambat bayar? Friends, ilmu yang bayarnya udah lunas aja sering masih susah kok masuknya. Gimana dengan yang masih hutang. Kalau hak guru (SPP) aja kita nggak mau ngasih, jangan harap hak ilmu kamu bakalan dipermudah sama Allah.

2. Jangan Suka Sama Gratisan
Pada dasarnya, nggak ada sesuatupun di dunia ini yang bisa kita nikmati secara gratis. Demikian juga halnya dengan ilmu. Khalifah Ali bin Abi Tholib bahkan berkata, “Ana ‘Abdu Man ‘Allamanii Wa Lau Harfan”, aku adalah hamba/budak dari orang yang mengajariku walaupun cuma satu huruf. Konsep inilah yang kemudian mendasari adanya keharusan pengabdian ketika kita menuntut ilmu. Bayar pakai uang aja nggak cukup. Harus ditambah sama pengabdian. Mengabdi sama orang yang menularkan ilmunya pada kita, atau dalam bahasa religi disebut dengan meraih barokah ilmu.
So Friends, mulailah punya inisiatif buat ngebantuin sekolah/lembaga tempat kalian belajar. Itu cuman secara umum. Secara khususnya, harus selalu berinisiatif buat ngebantuin para guru. Sampai kapan? SEUMUR HIDUP. Sebab kewajiban menuntut ilmu itu sampai mati. So kalau kita mengabdinya seumur hidup, insya Allah ilmu dari para guru akan terus mengalir pada kita bahkan di saat kita udah nggak lagi resmi berguru pada mereka. Kesimpulannya, jangan justru tenang kalau berhadapan sama guru yang nggak mau pasang tarip.

3. Merenung Sebelum Tidur
Ada tuntunan dalam agama agar kita membiasakan diri merenungi apa aja yang udah kita perbuat mulai bangun tidur Subuh sampai mau tidur lagi di malam hari. Intinya intropeksi diri. Hal ini nggak cuma punya efek bagus dalam kapasitas ibadah lho. Kebiasaan mengingat perbuatan yang udah berlalu, secara psikologis berefek positif meningkatkan atau minimal menjaga kemampuan memori kita.
Pengen yang lebih yahud? Tiru cara Imam Syafi’i sang jenius madzhab. Tiap menjelang tidur, beliau memiliki kebiasaan memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa beliau jawab. Secara psikologis, kebiasaan tersebut secara signifikan berdampak pada tetap bekerjanya otak kita walau kita dalam keadaan tidur. So otak kita pun bakalan selalu ready walau dalam posisi baru bangun tidur. Hm….;gampang, nggak pakai biaya; tapi dijamin lebih efisien dibanding obat peningkat konsentrasi merk apapun.

4. Disiplin Dengan Ibadah Kecil
Masuk masjid dahulukan kaki kanan, masuk WC dahulukan kaki kiri, baca basmalah sebelum makan/minum dan semacamnya itu enteng banget. Tapi sayang banyak banget orang Islam yang nggak mau istiqomah mengamalkan ibadah-ibadah ringan tersebut. Padahal keuntungan yang bisa diperoleh besar banget lho. Disiplin mengamalkan hal-hal tersebut hingga seakan menyatu menjadi bentuk aktifitas yang nggak terpisahkan dengan diri kita alias spontanitas, mempengaruhi otak kita untuk mampu mencetuskan jawaban yang ada di otak kita secara spontan juga. Sering banget kan kalian bingung menjawab sebuah pertanyaan, padahal sebenarnya kita udah pernah mempelajarinya? Nah item ke 4 ini bisa jadi solusi efektifnya.
5. Bersyukur dan Berdoa
Kalau yang terakhir ini emang nggak bisa dibantah. Jangan pernah lupa bersyukur saat kita meraih sebuah pemahaman ilmu. Kalau udah, lanjutin sama istiqomah berdoa memohon ilmu pada Sang Penguasa Ilmu (Allah). Berdoa dengan sebuah keyakinan kalau yang memiliki ilmu itu hanya Allah. Kita cuma dapat titipan ilmu. So kalau udah diakuin pintar, nggak boleh sombong. Sebab sombong itu kufur nikmat, dan kufur nikmat itu balasannya cuma 1 : Siksa Yang Pedih.
Friends, ;demi bumi yang lebih layak dihuni dan demi makin diakuinya kualitas umat Islam di muka bumi; mari kita muliakan para guru kita. Tapi nggak usah lebay. Yang proporsional aja. Mm….sebelum saya menutup artikel ini, tolong renungkan “Menghormati yang benar adalah menghormati dengan cara yang disukai oleh orang yang kita hormati, bukan sesuai apa yang kita inginkan”. Semoga artikel ini bermanfaat. Wallahu A’lam bish Showab.
(El-Fath Satria)

Kamis, 17 Oktober 2013

DOSA “KECIL” TAK TERMAAFKAN



DOSA “KECIL” TAK TERMAAFKAN
Malas sholat, suka berzina, berani sama orang tua, syirik……..sederet kata-kata seram yang mulai kecil dicekokin ke otak saya. Intinya kalau udah ngelakuin deretan itu, nggak ada harapan deh. Bahkan kayak udah nggak ada kema’siyatan lain yang dosanya lebih gede dari itu. Apa benar gitu?
Malas sholat dan syirik, cuma tinggal taubat. Alamat minta maafnya juga jelas, ALLAH. Berzina, minta maaf sama yang dirugikan akibat perzinahannya dan istighfar. Berani sama ortu, alamat minta maafnya juga jelas banget : ortu dan Allah. Saya nggak akan bilang ini nggak seram. Tapi nggak terlalu seram, coz masih ada ma’siyat lain yang lebih seram efeknya. Mau tahu? Cekidot.
1. Buang Sampah Sembarangan.
Kayaknya sih remeh banget. Tapi pernahkah Anda menyadari bahwa sekecil apapun sampah yang dibuang sembarangan jelas ikut punya peran bikin selokan jadi buntu, dan otomatis menyebabkan banjir. Kalau udah banjir, berarti harus minta maaf sama semua orang yang ikut menderita gara-gara banjir tersebut. Orang se-RT? Yes. Tapi bisa jadi harus minta maaf sama orang sekampung, atau bahkan se-kecamatan. Mungkinkah Anda akan melakukannya? Kalau jawabannya enggak, berarti dosa akibat merugikan orang itu akan Anda bawa ke alam kubur tanpa sempat diampuni. So sebelum menyibukkan diri dengan mengkritik para pebisnis yang merusak alam, yuk kita biasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya.
2. Bikin Gaduh.
Bentuknya bisa macam-macam. Nyalain tape terlalu keras, teriak-teriak seenaknya, atau yang lain. Hm…kayaknya minta maaf ke tetangga aja udah cukup. Sebab jelas cuma mereka yang jadi obyek penderitaan. Salah banget. Saat kita bikin kegaduhan, sangat mungkin ada orang-orang lagi lewat yang ikut terganggu. Faktanya, kita nggak mungkin punya daftar nama mereka secara lengkap. So gimana minta maafnya kalau data orangnya aja nggak kita ketahui? Itu artinya, lagi-lagi kita bakalan mati dengan membawa dosa yang belum sempat diampuni. Sebab hanya minta ampunan pada Allah aja nggak cukup. Khusus dosa sosial, Allah mewajibkan kita untuk meminta maaf pada sesama makhluk dulu sebagai syarat turunnya ampunan dari-Nya. So bisa kebayang kan seberapa banyak dosa orang-orang yang biasa bikin gaduh secara permanen. Dalam hal ini para penjual keliling yang pakai pengeras suara secara berlebihan bakalan jadi bidikan utama di alam kubur.
3. Menjatuhkan Nama Baik Orang Lain.
Dalam sebuah hadits shohih yang tertulis di kitab Shohih Muslim, Nabi Muhammad jelas menyatakan kalau Allah tidak akan menerima taubat dan ibadah seorang muslim yang sudah membuat berita nggak akurat tentang muslim yang lain, sebelum dia meminta maaf dan mengklarifikasi berita “ngawur” yang udah dia sebarkan. Berarti gampang banget donk. Kita cuma tinggal minta maaf sama orang yang udah kita jatuhkan nama baiknya, terus disambung dengan beristighfar. Lagi-lagi salah banget.
Yang namanya berita itu cepat banget penyebarannya. Apalagi kalau isi beritanya negatif. Kalau artis atau pejabat jelas lebih mudah. Cuma tinggal bikin siaran pers yang so pasti diliput di berbagai media. Dijamin klarifikasinya efektif. Masalahnya…..kita kan bukan artis. Kita juga bukan pejabat tenar. Emang ada wartawan yang mau meliput klarifikasi kita yang jelas nggak bisa dijual sama dunia infotainment???
4. Menggunakan Fasilitas Umum Untuk Pribadi.
Numpang buang air di masjid jelas bisa menjadi salah satu kasus terbesarnya. Air yang ada di masjid pada dasarnya dikhususkan untuk mendukung pelaksanaan ibadah. So kalau kita menggunakannya semata-mata cuma numpang buang air lantas melarikan diri, harus minta maaf sama siapa donk?
Status masjid jelas waqof. Dengan kata lain, masjid itu mutlak milik Allah. Berarti cukup minta maaf sama Allah. Eit! Allah kan nggak mungkin ngurusin masjid secara langsung. Masjid tuh diserahkan kepengurusannya pada pengurus masjid khususnya dan umat Islam pada umumnya. Kesimpulannya, nggak ada kata lain selain harus minta maaf pada seluruh umat Islam, baru bisa dikatakan kelar urusan dosanya. So….kalau emang butuh numpang buang hajat di kamar mandi masjid, jangan langsung melarikan diri setelahnya. Tapi sempatkan buat sholat, minimal sholat tahiyatul masjid biar nggak sampai punya tanggungan dosa. Oke?
Sebenarnya masih banyak banget dosa-dosa menyeramkan yang akan kita temui kalau kita mau sesekali meluangkan waktu untuk lebih teliti. Paling nggak  jangan menilai besarnya dosa cuma dari statusnya, tapi harus secara menyeluruh.
Artikel ini akhirnya juga harus diakhiri dengan sebuah kesimpulan, “Dosa sosial itu lebih berbahaya dibanding dosa yang berhubungan langsung dengan Allah”. Semoga artikel ini bermanfaat. Wallahu A’lam bish Showab.
(El-Fath Satria)

Kamis, 03 Oktober 2013

STOP IDUL QURBAN SALAH KAPRAH



STOP IDUL QURBAN SALAH KAPRAH
Hari raya Idul Adha tinggal menghitung hari. Para hewan qurban akan segera menjalani takdir mulia mereka yang nggak mungkin kita tiru. Lepas dari kenyataan kita bisa happy karena dapat jatah liburan, tetap aja Idul Adha atau Idul Qurban sangat dinantikan banyak orang. Masalahnya……seperti yang sudah-sudah, Idul Qurban juga masih sering memunculkan polemik yang sebenarnya nggak perlu. Bukan karena nggak penting, tapi karena mudah ditangani jika kepala kita emang bisa stabil dingin.
1. Takbiran Sampai Puas
Waktu takbiran Idul Adha dimulai pada malam Idul Adha sampai habisnya hari Tasyriq. So buat Anda yang tahun ini ber-Idul Adha pada tanggal 15 Oktober, berarti waktu takbiran Anda berakhir pada saat adzan magrib berkumandang di tanggal 18 Oktober. Takbirannya puas banget dong. Friends, awas salah lho. Takbiran Idul Adha itu disunnahkan hanya ketika :
-
Malam hari Raya hingga sholat Idul Adha dilakukan.
-
Ketika menyembelih hewan kurban. Hanya pas nyembelih lho. So pada saat proses menguliti dan memotong-motong hewan kurban, STOP TAKBIRAN.
-
Selain 2 di atas kita disunnahkan takbiran sampai magrib 18 Oktober. Tapi hanya setelah sholat, baik sholat fardlu atau sunnah. Kalau saya habis melakukan sholat tahiyatul masjid, boleh nggak takbiran dengan pengeras suara buat nunggu jama’ah fardlu? Nggak boleh. Sholat tahiyatul masjid itu sholat sunnah. Sifat sholat sunnah itu sirri. So takbiran setelah sholat sunnah pun nggak boleh pakai pengeras suara. Kalau habis sholat fardlu, baru tuh boleh.
Takbiran emang nggak ada puasnya. Tapi semua ada aturannya. So silahkan takbiran hanya di waktu yang sudah diatur oleh syari’at.
2. Orang Kaya Kok Ngambil Daging Kurban
Hewan kurban yang kata Nabi penuh barokah itu hak buat siapapun, tanpa memandang kaya atau miskin. Bahkan pemilik hewan kurban malah punya hak sepertiga atas hewan kurbannya sendiri lewat pembagian yang adil alias nggak boleh ngambil bagian yang enak-enak doang.  So STOP GHIBAH di hari Idul Adha. Biarin aja mereka mengambil haknya. Kita hanya boleh berdoa, semoga orang-orang kaya paham bagaimana cara hidup orang kaya yang wajar di hari Idul Adha.
3. Panitia Kurban Jualan Daging Kurban
Cukup banyak panitia kurban yang menerapkan penjualan kulit bahkan kaki dan kepala hewan kurban dengan alasan untuk biaya operasional pengurusan hewan kurban. Emang sih ada banyak ulama Kholaf yang memperbolehkan hal tersebut. Tapi sebenarnya nggak perlu sampai memaksakan hukum kayak gitu deh. Sebenarnya kita bisa menyiasati biaya operasional tersebut dengan cara :
-
Meminta tambahan biaya operasional pada masing-masing pemilik hewan kurban.
-
Kalau biaya tambahan itu dirasa memberatkan atau malah bisa membuat masyarakat enggan melaksanakan kurban, kita bisa aja menarik sumbangan sukarela pada masyarakat setempat yang bukan pemilik hewan kurban. Dalam hal ini sosialisasi dan promosi memegang kendali. Yang selama ini diterapkan di beberapa desa di Sidoarjo adalah lewat mimbar khutbah dan majlis ta’lim dengan pernyataan bahwa penyumbang biaya operasional kegiatan kurban hampir pasti mendapatkan pahala luar biasa. Sebab tanpa uang sumbangan itu, penyembelihan kurban jelas nggak bisa terlaksana. Hasilnya? Sukses besar.
Setidaknya 2 alternatif itu membuat kontradiksi hukum kurban nggak perlu ada. Pengurus masjid pun nggak perlu mengurangi kas masjid untuk hal yang kurang bijaksana semacam itu. Win win solution.
4. Promo aqiqoh di moment Idul Adha
Faktanya masih banyak masyarakat muslim Indonesia yang belum melakukan aqiqoh untuk dirinya atau anak-anaknya. So moment Idul Adha sebenarnya adalah saat yang tepat. Hewan aqiqoh bisa disembelih di malam hari Raya. Jadi keesokan harinya bisa digunakan untuk menu sarapan para panitia kurban dan lagi-lagi NGGAK PERLU LAGI mengurangi kas masjid yang sering nggak seberapa itu.
Oke deh, Friends. Semoga artikel ini bisa bermanfaat. Jangan lupa bantu share ya. Syukron jaziila.
(El-Fath Satria)