Selasa, 17 September 2013

BANTAHAN UNTUK PARA WALIYULLOH IMITASI



BANTAHAN UNTUK PARA WALIYULLOH IMITASI
“Beliau itu waliyulloh, lho”. Kok bisa tahu sih. Dengan penuh semangat orang itu lantas bercerita kalau “beliau” bisa terbang. Kok jadi kayak di film? Klo gitu seandainya Superman itu muslim, berarti dia waliyulloh dong. Wow! Ada waliyulloh yang nggak paham cara memakai celana dalam dengan benar.
Friends, nggak ada satu pun dalil (alQur’an atau Hadits) yang menyatakan kalau waliyulloh itu harus super. Bisa terbang, nggak mempan ditembak, bisa nyembuhin orang sakit, apalagi bisa ngalahin gendruwo. Kita hidup di dunia nyata, bukan film entertainment. Yang namanya waliyulloh itu syaratnya cuman 1, TAQWA. Syarat utama bisa taqwa itu juga udah jelas, BERILMU. Syarat bisa berilmu malah lebih jelas lagi, PUNYA GURU.
So mulai sekarang klo ada orang yang dibilang jadi waliyulloh, please perhatiin dulu. Mumpuni dalam ilmu agama apa enggak? Waliyulloh itu predikat agama, jadi nggak mungkin klo orangnya nggak paham alQur’an dan Hadits. Apalagi nggak bisa baca alQur’an dengan fasih. Impossible. Cuma itu aja? Perhatiin juga, ibadahnya bagus nggak? Jangan dibilang waliyulloh klo orangnya nggak puasa Romadlon, apalagi malas sholat.
Yang bikin prihatin, banyak kalangan muslim yang gampang banget ngobral predikat waliyulloh pada seseorang cuma gara-gara orangnya “katanya” hebat, alias bisa ngelakuin hal-hal ajaib. Berikut ini beberapa contoh keajaiban yang sebenarnya nggak ajaib, lengkap dengan bantahan rasionalnya.
1. Sholat Jum’at di Mekah.
Sering banget kan dengar kabar kayak gitu. Ada orang yang ditokohkan secara agama oleh pengikutnya, tapi ternyata pas waktunya sholat Jum’at malah tidur di kamar. Alasannya, “Saya tadi sholat Jum’at di Mekah”.
Klo Anda dengar jawaban kayak gitu, coba pikirkan keterangan ini. Pertama, yang namanya sholat itu wajib pakai tubuh, bukan jiwa. Nabi Muhammad yang jadi hamba paling istimewa aja sholat pakai tubuh beliau. So gimana ceritanya tuh ada orang yang levelnya jelas di bawah Nabi kok enteng banget sholat cuma pakai jiwa. Kedua, Seandainya orang itu beneran bisa menggandakan tubuh dan memindahnya ke Mekah sana, di Mekah masih jam berapa? Waktu di Indonesia terpaut 4 jam dibanding Mekah. Artinya klo Indonesia udah masuk waktu Dzuhur (sholat Jum’at), berarti di Mekah masih sekitar jam 9 pagi alias belum masuk waktu sholat Jum’at. Sholatnya nggak sah dong dan dia sholat di sana sama siapa? Sholat Jum’at kan wajib berjamaah.
2. Aku Tahu Isi Hatimu
Ini waliyulloh atau paranormal? Cukup banyak kan orang yang hanya karena bisa menebak isi hati atau tingkah laku seseorang lantas dipredikatkan sebagai waliyulloh. Pertama, muslim sejati pasti tahu klo membuka rahasia seseorang itu nggak boleh. So waliyulloh nggak mungkin melakukannya. Kedua, cukup banyak “juru tebak” palsu yang sebenarnya mengandalkan mata-mata. Tiga, coba pikirkan hal yang bertolak belakang dengan kenyataan diri Anda. Contoh : Anda belum punya anak. Ketika menemui orang yang pandai menebak, tanamkan dalam hati Anda kalau Anda sedang resah memikirkan tingkah laku anak Anda (imajinasi). Percaya atau enggak, cara ini sering saya gunakan dan selalu berhasil. Si juru tebak itu meleset. Tapi tentu saja cara ini nggak akan mempan di hadapan waliyulloh yang asli. Empat, kemampuan semacam itu atau keajaiban yang semacamnya bisa aja dibantu oleh jin.
3. Pamer Karomah
Sang wali dengan penuh percaya diri unjuk kekebalan tubuh di hadapan muridnya. Hm….ini waliyullloh atau ahli debus? Bantahan saya : pertama, kemampuan ajaib Nabi disebut mu’jizat. Sedang untuk para waliyullloh disebut karomah. Masalahnya, kemampuan ajaib itu hanya bisa dimunculkan di saat emang perlu. Nabi Musa bisa membelah samudra dengan tongkat. Tapi beliau cuma sekali kan melakukannya seumur hidup. Beliau nggak bisa pamer. Nyatanya Nabi Musa juga nggak lantas jadi pawang ular kok. So mana mungkin ada waliyulloh yang pamer karomah tanpa alasan. Kedua, seperti yang saya tulis di akhir point ke dua, kemampuan ajaib itu bisa dimunculkan dengan bantuan jin atau dalam Islam dikategorikan sebagai sihir.
Inti dari artikel ini sebenarnya cuma 2. Jangan memberi predikat waliyullloh berdasarkan kesaktian. Tapi berikan predikat itu berdasarkan tingkat ketaqwaannya. Yang kedua, dari semua dalil dan keterangan yang ada, pada akhirnya timbul sebuah konsep perwalian “laa ya’riful wali illal wali”. Artinya tidak akan bisa mengetahui level kewalian, kecuali sesama waliyulloh.
So permisi. Di akhir artikel ini gimana pun saya harus menyatakan, saya nggak akan pernah mengklaim para Wali Songo sebagai waliyulloh. Alasannya jelas. Saya kan bukan waliyulloh. Tapi berdasarkan sejarah yang valid, gimana pun juga saya yakin klo beliau-beliau itu adalah para waliyulloh. Benar tidaknya keyakinan saya, biarlah Allah yang menentukan. Saya nggak meng-klaim. Saya cuma yakin. Wallahu A’lam bish Showaab.
(El-Fath Satria)