BANTAHAN UNTUK PARA WALIYULLOH IMITASI
“Beliau itu waliyulloh, lho”. Kok
bisa tahu sih. Dengan penuh semangat orang itu lantas bercerita kalau “beliau”
bisa terbang. Kok jadi kayak di film? Klo gitu seandainya
Superman itu muslim, berarti dia waliyulloh dong. Wow! Ada waliyulloh yang
nggak paham cara memakai celana dalam dengan benar.
Friends, nggak ada satu pun dalil (alQur’an atau Hadits) yang
menyatakan kalau waliyulloh itu harus super. Bisa terbang, nggak mempan
ditembak, bisa nyembuhin orang sakit, apalagi bisa ngalahin gendruwo. Kita hidup
di dunia nyata, bukan film entertainment. Yang namanya waliyulloh itu syaratnya
cuman 1, TAQWA.
Syarat utama bisa taqwa itu juga udah jelas, BERILMU. Syarat bisa berilmu malah
lebih jelas lagi, PUNYA GURU.
So mulai sekarang klo ada orang yang dibilang jadi
waliyulloh, please perhatiin dulu. Mumpuni
dalam ilmu agama apa enggak? Waliyulloh itu predikat agama, jadi nggak mungkin klo
orangnya nggak paham alQur’an dan Hadits. Apalagi nggak bisa baca alQur’an
dengan fasih. Impossible. Cuma itu
aja? Perhatiin juga, ibadahnya bagus nggak? Jangan dibilang waliyulloh klo
orangnya nggak puasa Romadlon, apalagi malas sholat.
Yang bikin prihatin, banyak kalangan muslim yang
gampang banget ngobral predikat waliyulloh pada seseorang cuma gara-gara orangnya
“katanya” hebat, alias bisa ngelakuin hal-hal ajaib. Berikut ini beberapa
contoh keajaiban yang sebenarnya nggak ajaib, lengkap dengan bantahan
rasionalnya.
1. Sholat Jum’at di Mekah.
Sering banget kan
dengar kabar kayak gitu. Ada orang yang ditokohkan secara agama oleh
pengikutnya, tapi ternyata pas waktunya sholat Jum’at malah tidur di kamar. Alasannya,
“Saya tadi sholat Jum’at di Mekah”.
Klo Anda dengar jawaban kayak gitu, coba pikirkan
keterangan ini. Pertama,
yang namanya sholat itu wajib pakai tubuh, bukan jiwa. Nabi Muhammad yang jadi
hamba paling istimewa aja sholat pakai tubuh beliau. So gimana ceritanya tuh
ada orang yang levelnya jelas di bawah Nabi kok enteng banget sholat cuma pakai
jiwa. Kedua,
Seandainya orang itu beneran bisa menggandakan tubuh dan memindahnya ke Mekah
sana, di Mekah masih jam berapa? Waktu di Indonesia terpaut 4 jam dibanding
Mekah. Artinya klo Indonesia udah masuk waktu Dzuhur (sholat Jum’at), berarti
di Mekah masih sekitar jam 9 pagi alias belum masuk waktu sholat Jum’at. Sholatnya
nggak sah dong dan dia sholat di sana sama siapa? Sholat Jum’at kan wajib
berjamaah.
2. Aku Tahu Isi Hatimu
Ini waliyulloh atau paranormal? Cukup banyak kan orang
yang hanya karena bisa menebak isi hati atau tingkah laku seseorang lantas
dipredikatkan sebagai waliyulloh. Pertama, muslim sejati pasti tahu klo membuka rahasia
seseorang itu nggak boleh. So waliyulloh nggak mungkin melakukannya. Kedua, cukup
banyak “juru tebak” palsu yang sebenarnya mengandalkan mata-mata. Tiga, coba
pikirkan hal yang bertolak belakang dengan kenyataan diri Anda. Contoh : Anda
belum punya anak. Ketika menemui orang yang pandai menebak, tanamkan dalam hati
Anda kalau Anda sedang resah memikirkan tingkah laku anak Anda (imajinasi). Percaya
atau enggak, cara ini sering saya gunakan dan selalu berhasil. Si juru tebak
itu meleset. Tapi tentu saja cara ini nggak akan mempan di hadapan waliyulloh
yang asli. Empat,
kemampuan semacam itu atau keajaiban yang semacamnya bisa aja dibantu oleh
jin.
3. Pamer
Karomah
Sang wali dengan penuh percaya diri unjuk kekebalan
tubuh di hadapan muridnya. Hm….ini waliyullloh atau ahli debus? Bantahan saya :
pertama,
kemampuan ajaib Nabi disebut mu’jizat. Sedang untuk para waliyullloh disebut
karomah. Masalahnya, kemampuan ajaib itu hanya bisa dimunculkan di saat emang
perlu. Nabi Musa bisa membelah samudra dengan tongkat. Tapi beliau cuma sekali
kan melakukannya seumur hidup. Beliau nggak bisa pamer. Nyatanya Nabi Musa juga
nggak lantas jadi pawang ular kok. So mana mungkin ada waliyulloh yang pamer
karomah tanpa alasan. Kedua, seperti yang saya tulis di akhir point ke
dua, kemampuan ajaib itu bisa dimunculkan dengan bantuan jin atau dalam Islam
dikategorikan sebagai sihir.
Inti dari artikel ini sebenarnya cuma 2. Jangan memberi
predikat waliyullloh berdasarkan kesaktian. Tapi berikan predikat itu
berdasarkan tingkat ketaqwaannya. Yang kedua, dari semua dalil dan keterangan
yang ada, pada akhirnya timbul sebuah konsep perwalian “laa ya’riful wali illal wali”. Artinya tidak akan bisa mengetahui
level kewalian, kecuali sesama waliyulloh.
So permisi. Di akhir artikel ini gimana pun saya harus
menyatakan, saya nggak akan pernah mengklaim para Wali Songo sebagai
waliyulloh. Alasannya jelas. Saya kan bukan waliyulloh. Tapi berdasarkan
sejarah yang valid, gimana pun juga saya yakin klo beliau-beliau itu adalah
para waliyulloh. Benar tidaknya keyakinan saya, biarlah Allah yang menentukan. Saya
nggak meng-klaim. Saya cuma yakin. Wallahu
A’lam bish Showaab.
(El-Fath Satria)
1 komentar:
Like
Posting Komentar